Perempuan Thailand Ditangkap karena Memeras Biksu dengan Video Seks

hushwatchId

8/2/20252 min read

Bangkok, Thailand - Sebuah skandal menggemparkan yang melibatkan pemerasan terhadap sejumlah biksu senior di Thailand telah berhasil diungkap. Kepolisian Thailand berhasil menangkap seorang perempuan bernama Wilawan Emsawat, yang lebih dikenal dengan nama Sika Golf. Penangkapan ini membuka kotak Pandora kejahatan sistematis yang mengancam integritas institusi keagamaan di negara tersebut.

Kasus ini mulai terkuak setelah seorang biksu berusia 67 tahun yang menjabat sebagai kepala biara di Wat Chujit Dhammaram, Ayutthaya, memberanikan diri melaporkan Wilawan ke polisi. Biksu tersebut mengaku telah mentransfer uang senilai 30 juta Baht atau sekitar Rp16,5 miliar kepada Wilawan. Jumlah yang fantastis ini diduga kuat berasal bukan hanya dari uang pribadinya, melainkan juga dari dana kuil yang ia kelola, sebuah fakta yang semakin memperkeruh situasi.

Modus Operandi Canggih dan Kerugian Ratusan Miliar Rupiah

Menurut penyelidikan mendalam oleh Biro Investigasi Pusat (CIB), modus operandi Wilawan Emsawat sangat licik dan terorganisir. Ia tidak langsung melakukan pemerasan, melainkan membangun hubungan kepercayaan dengan para biksu. Wilawan sering mengunjungi biara-biara dengan dalih ingin berdonasi atau mencari bimbingan spiritual. Selama interaksi tersebut, ia secara diam-diam merekam video yang menampilkan para biksu dalam situasi yang tidak pantas, bahkan menjurus ke tindakan asusila.

Setelah berhasil mengumpulkan cukup banyak video, ia memulai aksinya. Wilawan mengancam akan menyebarkan rekaman-rekaman tersebut ke publik atau media sosial jika para biksu menolak untuk memenuhi permintaannya. Ancaman ini membuat para biksu yang menjadi korban, yang sebagian besar merupakan tokoh penting di komunitas keagamaan, merasa takut reputasi dan kehormatan mereka hancur. Mereka akhirnya menuruti setiap permintaan Wilawan dengan mentransfer uang secara berkala, baik dari kantong pribadi maupun dana kuil yang mereka kelola.

Kerugian finansial akibat pemerasan ini diperkirakan mencapai lebih dari 400 juta Baht atau sekitar Rp200 miliar. Jumlah ini bisa jadi lebih besar lagi, karena polisi menduga masih banyak biksu lain yang menjadi korban namun takut untuk melapor. Skandal ini tidak hanya menunjukkan kejahatan individu, tetapi juga mengungkap kelemahan dalam sistem pengelolaan dana di biara-biara Thailand.

Refleksi dan Tuntutan Reformasi Institusi Keagamaan

Penangkapan Wilawan Emsawat memicu gelombang kritik di media sosial dan media massa. Masyarakat Thailand, yang sangat menghormati ajaran Buddha, merasa kecewa dan dikhianati. Banyak yang mempertanyakan etika, transparansi, dan akuntabilitas para biksu yang terlibat.

Penyelidikan CIB saat ini tidak hanya berfokus pada Wilawan, tetapi juga pada para biksu yang menjadi korban. Ada dugaan penggelapan aset negara yang dilakukan oleh salah satu biksu senior, membuat kasus ini semakin kompleks dan multi-lapisan. Pihak kepolisian berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan semua pihak yang bersalah, baik pemeras maupun biksu yang menyalahgunakan dana, mendapatkan hukuman yang setimpal.

Kasus ini menjadi momentum penting bagi Thailand untuk merefleksikan kembali kondisi institusi keagamaan mereka. Banyak pihak menyerukan perlunya reformasi besar-besaran, termasuk pengawasan yang lebih ketat terhadap pengelolaan dana kuil dan peningkatan pendidikan moral bagi para calon biksu. Skandal ini menjadi pengingat bahwa tidak ada institusi yang kebal dari kejahatan dan bahwa transparansi serta akuntabilitas adalah kunci untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik.

Follow us

© 2025 hushwatchid Digital Media